NALURI MELARIKAN DIRI DEMI KEBERUNTUNGAN
Samar-samar terbayang olehku pada
Kota Bajawa di masa kecilku terdiri dari sebuah tangsi polisi, sebuah rumahsakit, sebuah Sekolah Rakyat, sebuah Gereja Katolik yang indah dan besar sekaligus rumah-rumah untuk pastor dan suster dan beberapa rumah pembesar pemerintah serta beberapa toko milik orang Tionghoa dan sebuah pasar terbuka (lapangan). Lapangan rumputnya hijau subur terpotong rapi, mungkin oleh orang-orang strapan (narapidana).
Orang selalu memanggil aku no. Ini adalah nama panggilan kesayangan bagi orang bajawa. Setiap anak yang sangat disayangi dipanggil no untuk lelaki weta untuk perempuan.
Di tahun baru dan hari ulang tahun kab ngada, orang di
Melihat mercon itu ditutupi sebuah kaleng susu, naluriku menyuruh aku berlari menjauhi ledakan yang tentu akan besar sekali.
Dari kejauhan yang aman, aku melihat dengan aman pula kaleng susu itu mental cukup tinggi ke udara. Setelah dewasa kalau dikenang kembali, aku geli sendiri mengenang ketakutan yang demikian, ketakutan lihat langit terbelah dan ketakutan pada ledakan mercon besar. Naluri melarikan diri dari bahaya di masa kecil, tampaknya bayangan itu selalu ku kenang.
Di masa kecil, tidak ada akibat apa tetapi di masa dewasa naluri melarikan diri membuat aku menemui serba kesulitan dan kelucuan hidup. Penuh dengan tragedi dan komik. Misalnya ketika aku melanjutkan pendidikan di
Mengatur diri sendiri ternyata cukup sulit juga apalagi mengatur ekonomi kehidupan anak kos.kiriman uang dari norang tua sangatlah pas-passan sehingga membuat aku lebih hemat dibandingkan saat
Meskipun dengan begitu susah aku mengatur ekonomiku tetapi aku selalu berusaha untuk tetaap maju dalam menempuh cita-citaku yakni ingin menjadi seorang wartawan yang bisa memberikan informasi kepada orang lain,terutama kepada masyarakat dikab ngada tercinta yang selama ini masi kurang akan informasi terutama berita tentang dunia dan perkembangannya hal ini mungkin bisa memajukan masyarakat yang masi terikat kuat oleh budaya.(pierngoe@yahoo.com)